Evaluasi Tugas Pendidikan Orang Dewasa dengan Pendekatan Peer Learning

Kelompok 1

Judul program pembelajaran : Meningkatkan Perilaku Prososial Untuk Melahirkan Generasi Penerus Bangsa yang Humanis

Pendekatan yang digunakan : Peer learning


1. Evaluasi Presentasi
·         Kelompok mempersiapkan mental, slide presentasi, dan perlengkapan yang diperlukan untuk pelaksanaan presentasi yaitu laptop dan flashdiskFlashdisk digunakan sebagai antisipasi apabila terjadi masalah dengan laptop.
·         Semua anggota kelompok telah dikordinasikan untuk dapat hadir semua dalam pelaksanaan presentasi.
·         Setiap anggota juga mempersiapkan kembali materi yang telah didiskusikan dalam kelompok untuk ditampilkan pada saat presentasi.
·         Pada saat hendak maju melakukan prsentasi tiba-tiba laptop yang hendak digunakan untuk menampilkan presentasi mengalami masalah atau kerusakan. Oleh karena itu akhirnya kelompok meminjam laptop dari kelompok lain untuk menampilkan slidepresentasi yang sebelumnya telah disimpan di dalam flashdisk. Namun selebihnya presentasi berjalan dengan lancar.
·         Sebelum memulai presentasi, kelompok melakukan ice breaking terlebih dahulu yang dimaksudkan agar penonton dapat lebih fokus memperhatikan presentasi kami.
·         Lalu setiap anggota bergantian menjadi presenter sambil menampilkan materi yang diajarkannya ketika menjadi tutor.
·         Dalam setiap presentasi satu materi, presenter juga mengajak penonton untuk memberikan komentar atau pendapat. Hal ini dilakukan agar penonton juga tetap fokus terhadap materi yang sebelumnya telah kami diskusikan di dalam kelompok.
·         Dalam presentasi, kami menyajikan materi berupa slide/power point,gambar, video, iklan, lagu, dan koran yang dapat ditampilkan dengan baik.

2. Evaluasi Pelaksanaan program
·         Sebelum melaksanakan pembelajaran di luar kelas dengan pendekatan peer learning, kami menentukan terlebih dahulu kapan waktu yang tepat.
·         Kami memakan waktu yang cukup lama untuk berdiskusi menentukan waktu pelaksanan program.
·         Setiap anggota mempersiapkan bahan tentang materi perilaku prososial berdasarkan alat bantu  yang telah ditetapkan dalam perencanaan.
·         Setiap anggota sesungguhnya cukup kesulitan untuk mencari bahan materi yang sesuai karena kami ingin berusaha menyajikan materi yang terbaik. Namun dengan tetap saling berdiskusi, kami akhirnya bisa memutuskan materi yang paling tepat. 
·         Program pembelajaran dilakukan selama lima kali pertemuan dengan setiap anggota kelompok bergantian menjadi tutor.
·         Kendala utama yang dihadapi adalah beberapa anggota kelompok tidak datang tepat waktu.
·         Karena program ini dilakukan di luar kelas yaitu tepatnya di taman belakang kampus, maka cuaca juga cukup berpengaruh terhadap pelaksanaan program misalnya cuaca yang cukup panas atau karena hujan.
·         Dalam proses diskusi, dipastikan semua anggota kelompok dapat menyampaikan pendapatnya berkaitan dengan materi yang disampaikan.

3. Evaluasi Berdasarkan Feedback
3.1. Feedback dari penonton
·         Habibie
Pertayaan/pendapat : Iklan rinso, kotor-kotoran tidak apa-apa saat membantu orang tua. Tapi di Indonesia kan tidak bisa seperti itu. Ya kalau kotor-kotoran kena marah sama mamanya lah?
Tanggapan kelompok : Esensi yang mau dilihat dari iklan tersebut adalah perilaku prososial yang ditampilkan. Untuk masalah kotor-kotoran, itu mindset yang perlu diubah dari orang tua. Lihat tujuan dari  apa yang dilakukan oleh anak.

·         Etika manda
Pertanyaan/pendapat : Sebenarnya kegiatan kalian ini di luar atau di dalam? Soalnya di kelas juga ditampilkan dan bertanya pendapat audience juga. Kegiatan peer learning kalian benar dilakukan atau bagaimana? Seperti apa proses pelaksanaanya. Esensi dari andragoginya dimana? Sementara kan di  andaragogi kita menyediakan materi yang dibutuhkan oleh subjek yang dituju. 
Tanggapan kelompok : Ini kegiatannya di luar. Kami hanya ingin menampilkan kembali media yang kami gunakan dalam peer learning kami. Kami melakukannya di taman tengah Psikologi. Dokumentasinya ada, tapi laptopnya mati dan disitu dokumentasinya. Kegiatan peer learning ini kami lakukan dengan setiap orang dalam kelompok menjadi tutor bagi teman lainnya di dalam kelompok andragogi ini  juga. Dengan pembagian tugas seperti yang telah kami tampilkan saat presentasi.  Cynthia menjadi tutor pertama dengan media iklan. Selanjutnya Rizky dengan media gambar lalu Irawati dengan media berupa video. Dan selanjutnya ada Andriani dengan media lagu dan Sinta dengan media berita atau artikel dari koran.

3.1. Feedback dari dosen
·         Bu Rola
Pertanyaan/pendapat : Sebenarnya saya juga bingung. Ini ditujukan untuk anak-anak atau dewasa kah. Karena iklan dan video yang ditampilkan itu pemerannya anak-anak. Tapi di lagu yang diputar itu untuk orang dewasa. Begitu juga dengan gambar dan beritanya.
Tanggapan kelompok : Ditujukan untuk semua. Kelompok hanya ingin menunjukkan perilaku prososial dari masing-masing media tersebut, dimana perilaku prososial inilah yang menjadi topik peer learning kelompok kami.  Jadi memang mendasarkannya pada perilaku prososialnya bukan objek yang ada di media tersebut.



Anggota Kelompok 1 :

Revisi Pendidikan Orang Dewasa dengan Pendekatan Peer Learning


Pendidikan Orang Dewasa dengan Pendekatan Peer Learning

1. Judul program pembelajaran : “Meningkatkan Perilaku Prososial untuk Melahirkan Generasi Penerus Bangsa yang Humanis.”
            Secara garis besar topik yang akan dibahas dalam kegiatan belajar adalah tentang perilaku prososial. Perilaku prososial diartikan sebagai perilaku yang mau rela berkorban atau membantu orang lain tanpa pamrih. Perilaku sosial berkaitan dengan moral bangsa. Jika tingkat perilaku prososial dalam suatu masyarakat cukup tinggi, maka hal itu juga dapat menjadi indikator bahwa masyarakat tersebut memiliki standar moral yang baik. Selanjutnya, apabila masyarakat dari suatu negara memiliki perilaku sosial yang tinggi, maka masyarakat di negara tersebut akan dapat hidup dengan lebih damai karena masyarakatnya selalu siap sedia untuk saling membantu.
            Namun pada kenyataannya yang terjadi di negara Indonesia, perilaku sosial ini masih kurang dijiwai. Fenomena yang terjadi para remaja adalah justru lebih sering terlibat pada kegiatan-kegiatan yang kurang bermanfaat (seperti bermain game online, clubbing, nongkrong di kafe dll) bahkan banyak juga yang terjerumus pada hal yang lebih ekstrim yaitu terlibat dalam tindakan kriminal (mengkonsumsi narkoba, bullying,tawuran dll ).
            Atas dasar fenomena yang terjadi pada remaja, kami ingin membuat suatu format belajar yang dapat mengenalkan serta meningkatkan perilaku prososial. Karena kami beranggapan kegiatan-kegiatan remaja yang kurang baik seperti yang telah disebutkan di atas, seharusnya dapat digantikan dengan kegiatan-kegiatan yang lebih positif sebagai perwujudan dari dorongan untuk melakukan perilaku prososial demi membantu sesama manusia.
            Untuk membuat pelajaran tentang perilaku prososial menjadi lebih menarik dan lebih mudah dipahami, maka kami merancang format belajar yang bervariatif dengan menggunakan beberapa alat bantu. Sehingga diharapkan dengan adanya variasi ini, peserta didik tidak mudah bosan.
2. Rancangan format belajar dalam pendekatan peer learning
Rancangan format yang kami bahas adalah yang berfokus pada seting peer learning. Peer learning sendiri dapat diartikan sebagai bentuk kegiatan belajar yang dilakukan bersama teman-teman. Atmosfer peer learning menawarkan nuansa informal dan lebih santai, namun tetap harus beorientasi pada tujuan belajar. Berikut kami uraikan rancangan format belajar dalam pendekatan peer learning :
Ø  Peserta belajar terdiri dari lima orang.
Ø  Kegiatan belajar dilakukan sebanyak lima kali pertemuan.
Ø  Dalam setiap pertemuan, salah satu peserta berperan sebagai tutor bagi peserta lainnya. Jadi, dengan lima kali pertemuan dan jumlah peserta sebanyak lima orang juga, maka setiap peserta berkesempatan menjadi tutor secara bergantian.
Ø  Peserta yang mendapat giliran sebagai tutor, menyampaikan materi pelajaran dengan topik perilaku prososial dan memimpin diskusi antar sesama peserta belajar.
Ø  Peserta yang mendapat giliran sebagai tutor, menyampaikan pelajaran dengan menggunakan alat bantu yang berbeda-beda.
Ø  Setelah peserta yang berperan sebagai tutor menyampaikan materi pelajaran, maka kegiatan selanjutnya adalah memimpin teman-temannya untuk berdiskusi mengeluarkan pendapatnya masing-masing yang berkaitan dengan topik yang diajarkan.
Ø  Pada akhir setiap pertemuan, setiap peserta belajar memberikan feedback kepada temannya yang berperan sebagai tutor.
3. Tujuan belajar
·         Tujuan operasional
Tujuan operasional dijelaskan sebagai barang atau sesuatu yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas sumber-sumber yang ada sehingga program kegitan belajar dapat berjalan dengan efektif.
ü  Menyusun jadwal tentang waktu pertemuan dan siapa yang mendapat giliran untuk berperan sebagai tutor dalam setiap pertemuan.
ü  Menyediakan alat bantu belajar yang berbeda-beda dalam setiap pertemuan.
ü  Meningkatkan keterlibatan peserta dalam setiap diskusi yang dilakukan.
·         Tujuan pendidikan
Tujuan pendidikan adalah hal yang berkaitan dengan tentang apa yang perlu dipelajari untuk dijadikan acuan dalam meningkatkan kualitas hidupnya dan demi kepentingan suatu lembaga ataupun bagi masyarakat.
ü  Meningkatkan pengetahuan mengenai topic perilaku prososial.
ü  Supaya kita mampu membedakan bentuk-bentuk perilaku prososial dalam masyarakat
ü  Menstimulasi peserta belajar untuk dapat berpikir kritis tentang perilaku prososial.
ü  Menstimulasi peserta belajar agar termotivasi melakukan perilaku prososial dalam kehidupan sehari-hari.
4. Alat bantu belajar
- Iklan
            Iklan yang digunakan adalah iklan yang mengandung perilaku prososial. Iklan akan di paparkan oleh tutor para pertemuan pertama, lalu akan dibahas secara bersama-sama oleh seluruh angoota kelompok.
- Gambar/lukisan
Tutor akan menampilkan lukisan yang berisikan perilaku prososial. Kemudian akan dibahas lebih lanjut mengenai unsur-unsur dalam lukisan yang berhubungan dengan perilaku prososial.
- Film
Tutor akan menunjukkan salah satu film yang berkisah tentang perilaku prososial. Lalu kelompok akan meresensi bagian-bagian mana yang menunjukkan perilaku prososial.
- Koran/majalah
Tutor akan menunjukkan sebuah artikel dalam berita yang menunjukkan bentuk nyata perilaku prososial dalam masyarakat, ataupun beritayang membahas artikel yang bertentangan dengan perilaku prososial.
- Lagu
Tutor akan memperdengarkan sebuah lagu. Lalu kelompok akan membahas bersama-sama mengenai lyric dalam lagu tersebut yang berhubungan dengan perilaku prososial.
1          1.    Tutor                           : Cynthia Christian
Subtopik                     : Alturisme
Tempat pelaksanaan   : Taman kampus
Waktu pelaksanaan    : Senin, 30 Maret 2015
                                                  11.00 – 12.00 WIB
            Alat Bantu                  : Laptop untuk menampilkan iklan
            2.   Tutor                           : Rizki Situmorang
Subtopik                     : Helping (Menolong)
Tempat pelaksanaan   : Taman kampus
Waktu pelaksanaan    : Selasa, 31 Maret 2015
                                                  11.00 – 12.00 WIB
            Alat Bantu                  : Laptop untuk menampilkan gambar, lukisan.
3.   Tutor                           : Irawati Sesilia Situmeang
Subtopik                     : Modeling in Procosial Behaviour
Tempat pelaksanaan   : Taman kampus
Waktu pelaksanaan    : Rabu, 1 April 2015
                                                  11.00 – 12.00 WIB
Alat Bantu                  : Laptop untuk menampilkan video tentang perilaku modeling yang    menunjukan perilaku prososial
4.   Tutor                           : Andriani Buaton
Subtopik                     : Pengaruh Teks Lagu pada Perilaku Prososial
Tempat pelaksanaan   : Taman kampus
Waktu pelaksanaan    : Kamis, 2 April 2015
                                                  11.00 – 12.00 WIB
      Alat Bantu                  : Teks Lagu, Mp3 untuk pemutar lagu
5.   Tutor                           : Sinta Meilastry
Subtopik                     : Aplikasi Perilaku Prososial dalam Isu Sosial
Tempat pelaksanaan   : Taman kampus
Waktu pelaksanaan    : Jumat,  3 April 2015
                                                  11.00 – 12.00 WIB
            Alat Bantu                  : Menampilkan berita-berita yang ada dalam koran atau majalah

Kelompok 1
Anggota :

Pendidikan Orang Dewasa dengan Pendekatan Peer Learning


Pendidikan Orang Dewasa dengan Pendekatan Peer Learning

1. Judul program pembelajaran : “Meningkatkan Perilaku Prososial untuk Melahirkan Generasi Penerus Bangsa yang Humanis.”
            Secara garis besar topik yang akan dibahas dalam kegiatan belajar adalah tentang perilaku prososial. Perilaku prososial diartikan sebagai perilaku yang mau rela berkorban atau membantu orang lain tanpa pamrih. Perilaku sosial berkaitan dengan moral bangsa. Jika tingkat perilaku prososial dalam suatu masyarakat cukup tinggi, maka hal itu juga dapat menjadi indikator bahwa masyarakat tersebut memiliki standar moral yang baik. Selanjutnya, apabila masyarakat dari suatu negara memiliki perilaku sosial yang tinggi, maka masyarakat di negara tersebut akan dapat hidup dengan lebih damai karena masyarakatnya selalu siap sedia untuk saling membantu.
            Namun pada kenyataannya yang terjadi di negara Indonesia, perilaku sosial ini masih kurang dijiwai. Fenomena yang terjadi para remaja adalah justru lebih sering terlibat pada kegiatan-kegiatan yang kurang bermanfaat (seperti bermain game online,clubbing, nongkrong di kafe dll) bahkan banyak juga yang terjerumus pada hal yang lebih ekstrim yaitu terlibat dalam tindakan kriminal (mengkonsumsi narkoba,bullying,tawuran dll ).
            Atas dasar fenomena yang terjadi pada remaja, kami ingin membuat suatu format belajar yang dapat mengenalkan serta meningkatkan perilaku prososial. Karena kami beranggapan kegiatan-kegiatan remaja yang kurang baik seperti yang telah disebutkan di atas, seharusnya dapat digantikan dengan kegiatan-kegiatan yang lebih positif sebagai perwujudan dari dorongan untuk melakukan perilaku prososial demi membantu sesama manusia.
            Untuk membuat pelajaran tentang perilaku prososial menjadi lebih menarik dan lebih mudah dipahami, maka kami merancang format belajar yang bervariatif dengan menggunakan beberapa alat bantu. Sehingga diharapkan dengan adanya variasi ini, peserta didik tidak mudah bosan.
2. Rancangan format belajar dalam pendekatan peer learning
Rancangan format yang kami bahas adalah yang berfokus pada seting peer learningPeer learning sendiri dapat diartikan sebagai bentuk kegiatan belajar yang dilakukan bersama teman-teman. Atmosfer peer learning menawarkan nuansa informal dan lebih santai, namun tetap harus beorientasi pada tujuan belajar. Berikut kami uraikan rancangan format belajar dalam pendekatan peer learning :
Ø  Peserta belajar terdiri dari lima orang.
Ø  Kegiatan belajar dilakukan sebanyak lima kali pertemuan.
Ø  Dalam setiap pertemuan, salah satu peserta berperan sebagai tutor bagi peserta lainnya. Jadi, dengan lima kali pertemuan dan jumlah peserta sebanyak lima orang juga, maka setiap peserta berkesempatan menjadi tutor secara bergantian.
Ø  Peserta yang mendapat giliran sebagai tutor, menyampaikan materi pelajaran dengan topik perilaku prososial dan memimpin diskusi antar sesama peserta belajar.
Ø  Peserta yang mendapat giliran sebagai tutor, menyampaikan pelajaran dengan menggunakan alat bantu yang berbeda-beda.
Ø  Setelah peserta yang berperan sebagai tutor menyampaikan materi pelajaran, maka kegiatan selanjutnya adalah memimpin teman-temannya untuk berdiskusi mengeluarkan pendapatnya masing-masing yang berkaitan dengan topik yang diajarkan.
Ø  Pada akhir setiap pertemuan, setiap peserta belajar memberikan feedback kepada temannya yang berperan sebagai tutor.
3. Tujuan belajar
·         Tujuan operasional
Tujuan operasional dijelaskan sebagai barang atau sesuatu yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas sumber-sumber yang ada sehingga program kegitan belajar dapat berjalan dengan efektif.
ü  Menyusun jadwal tentang waktu pertemuan dan siapa yang mendapat giliran untuk berperan sebagai tutor dalam setiap pertemuan.
ü  Menyediakan alat bantu belajar yang berbeda-beda dalam setiap pertemuan.
ü  Meningkatkan keterlibatan peserta dalam setiap diskusi yang dilakukan.
·         Tujuan pendidikan
Tujuan pendidikan adalah hal yang berkaitan dengan tentang apa yang perlu dipelajari untuk dijadikan acuan dalam meningkatkan kualitas hidupnya dan demi kepentingan suatu lembaga ataupun bagi masyarakat.
ü  Meningkatkan pengetahuan mengenai topic perilaku prososial.
ü  Supaya kita mampu membedakan bentuk-bentuk perilaku prososial dalam masyarakat
ü  Menstimulasi peserta belajar untuk dapat berpikir kritis tentang perilaku prososial.
ü  Menstimulasi peserta belajar agar termotivasi melakukan perilaku prososial dalam kehidupan sehari-hari.
4. Alat bantu belajar
- Iklan
            Iklan yang digunakan adalah iklan yang mengandung perilaku prososial. Iklan akan di paparkan oleh tutor para pertemuan pertama, lalu akan dibahas secara bersama-sama oleh seluruh angoota kelompok.
- Gambar/lukisan
Tutor akan menampilkan lukisan yang berisikan perilaku prososial. Kemudian akan dibahas lebih lanjut mengenai unsur-unsur dalam lukisan yang berhubungan dengan perilaku prososial.
- Film
Tutor akan menunjukkan salah satu film yang berkisah tentang perilaku prososial. Lalu kelompok akan meresensi bagian-bagian mana yang menunjukkan perilaku prososial.
- Koran/majalah
Tutor akan menunjukkan sebuah artikel dalam berita yang menunjukkan bentuk nyata perilaku prososial dalam masyarakat, ataupun beritayang membahas artikel yang bertentangan dengan perilaku prososial.
- Lagu
Tutor akan memperdengarkan sebuah lagu. Lalu kelompok akan membahas bersama-sama mengenai lyric dalam lagu tersebut yang berhubungan dengan perilaku prososial.



 Kelompok 1
Anggota :
Irawati Sesilia (13-012) 
http://13012iss.blogspot.com/

Rizki Situmorang (13-074)
http://13074rs.blogspot.com/

Cynthia Christian (13-078)
http://13078cc.blogspot.com/

Sinta Meilastri (13-092)
http://journeywithpsychology.blogspot.com/

Andriani Buaton (13-104)
http://13104ab.blogspot.com/

Viktor Emil Frankl (26 Maret 1905-02 September 1997)




Aku Rela Jadi Sansak Tinju dan Dipukuli Demi Kesembuhan Anakku
Selasa, 16 Desember 2014 11:00



Vemale.com - Seorang anak adalah segalanya bagi orangtua. Tak jarang orang tua rela berkorban apapun demi anaknya. Pengorbanan yang tiada batas ini pun dilakukan Xia Jun, seorang pria berusia 30 tahun asal Sichuan, Cina. Seperti dilansir dari stomp.com.sg putra Xia Jun bernama Guo Guo yang berusia 2 tahun divonis menderita leukimia myeloid akut. Dokter memvonis usianya tinggal dua setengah tahun lagi.

Keterbatasan biaya membuat Xia Jun memutar otak mencari cara demi mendapatkan uang untuk pengobatan anaknya. Sebelumnya ia telah mendatangi 3 rumah sakit dan telah dijadwalkan untuk melakukan transplantasi sumsum bagi anaknya. Namun, biaya untuk transplantasi yang begitu besar sejumlah 700 ribu yuan atau senilai 1,2 miliar rupiah. Akhirnya Xia mencari cara untuk mengumpulkan uang dengan menjadi sansak atau karung tinju hidup.
Aksi Xia di depan stasiun | foto: copyright stomp.com.sg

Xia Jun memutuskan untuk berdiri di depan stasiun, berbekal kardus yang ditempeli foto dan surat diagnosis putranya. Tak lupa ia mengenakan kaos yang bertuliskan " karung tinju manusia, 10 yuan (Rp. 20 ribu) per pukulan." Sejak aksinya yang unik ini, Xia memperoleh banyak bantuan dari masyarakat. Xia juga mengaku bahwa banyak orang yang datang kepadanya sejak aksinya diberitakan di media. Tak sedikit yang bersedia menyumbang karena terharu dengan upaya Xia. Tidak diketahui apakah orang-orang ada yang tega meninju Xia dan membayarnya.

Banyak orang yang baik hati datang ke rumah sakit untuk melihat anaknya. Xia mengaku, dalam satu hari lebih dari 20 orang datang kepadanya. Banyak dermawan yang memberikan bantuan. Ponselnya pun selalu kehabisan baterai karena banyak orang meneleponnya untuk menanyakan kondisi anaknya. Sejauh ini, Xia telah mengumpulkan uang sebanyak 800 ribu Yuan (Rp. 1,6 miliar), uang yang telah didapatnya ini melebihi kebutuhannya untuk mengobati penyakit anaknya.

Setelah operasi, dokter Guo Guo mengatakan bahwa kondisinya telah membaik, tetapi masih memiliki banyak tahapan sebelum dinyatakan benar-benar sembuh. Selanjutnya Guo akan menjalani setidaknya 2,5 tahun untuk melampaui fase kritis hingga akhirnya benar-benar sembuh. Untuk kelangsungan hidupnya di masa depan, sejumlah donatur siap memberikan pekerjaan bagi Xia setelah pengobatan ini selesai.
Xia menjenguk anaknya | foto : copyright stomp.com.sg

Dari kisah ini menunjukkan betapa besar pengorbanan seorang ayah demi kesembuhan dan kesehatan anaknya. Semoga Guo selanjutnya selalu diberikan kesehatan dan keluarga bapak Xia Jun dapat hidup bahagia.



Teori Viktor Frankl

Viktor Emil Franklin merupakan penggagas dari aliran logotherapy, dimana Viktor Frankl dipengaruhi oleh teori Eksistensial. Teori dan terapinya lahir melalui pengalaman Frankl saat menjadi tawanan di kamp konsentrasi NAZI.  Dimana ia menyaksikan banyak orang yang mampu bertahan hidup atau mati di tengah siksaan selama berada di sana. Terapi dari Viktor Frankl dinamakan Logotherapy yang merupakan gabungan dari kata logos yang berarti meaning (makna), yang berarti Logotherapy merupakan terapi yang melampaui makna.

 Menurut Frankl yang paling dicari dan diinginkan manusia dalam hidupnya adalah makna, yaitu makna yang didapat dari pengalaman hidupnya baik dalam keadaan senang maupun dalam penderitaan. Selain itu juga, Frankl menggunakan istilah noos yang berarti jiwa/pikiran, dan lebih mementingkan noodinamik, yaitu ketegangan menjadi unsur penting baogi keseimbangan dan kesehatan jiwa

Landasan Filosofi dari Viktor Frankl:

1.   The Freedom of Will ; hidup memiliki makna (arti) dalam setiap situasi, bahkan dalam  penderitaan dan kepedihan sekalipun
Setiap orang selalu mendambakan kebahagiaan dalam hidupnya dan kebahagiaan itu tidak datang begitu saja. Konsep kebebasan berkeinginan (freedom of will), mengacu pada kebebasan manusia untuk menentukan sikap (freedom to take a stand) terhadap kondisi-kondisi biologis, psikologi, dan sosiokultural. Dalam pandangan Logoterapi kebebasan disini adalah kebebasan yang bertanggung jawab agar tidak berkembang menjadi kesewenangan.

2.   The Will to Meaning ; setiap manusia memiliki kebebasan yang hampir tak terbatas untuk menemukan sendiri makna hidupnya
Motivasi dasar manusia yang tertuju kepada hal-hal dasar di luar diri individu itu sendiri sehingga The Will to Meaning ini tidak bersifat self-centered (terpusat kepada diri sendiri)

3.   The Meaning of Life ; setiap manusia memiliki kemampuan untuk mengambil sikap     terhadap penderitaan dan peristiwa tragis yang tidak dapat dielakkkan lagi yang menimpa diri sendiri dan lingkungan sekitar, setelah upaya mengatasinya telah dilakukan secara optimal tetapi tidak berhasil 
Jika seseorang berhasil memenuhi the will to meaningnya, maka ia akan mengalami hidup yang bermakna (The Meaning of Life). Ini dapat ditemukan didalam kehidupan manusia, dan merupakan suatu yang unik, personal, dan juga spesifik. The Meaning of Life tidak dapat kita terima dari orang lain ataupun diberikan oleh orang lain, sebab kita harus dapat menemukannya dengan diri sendiri kita.
Seperti yang dilakukan oleh Frankl, kita harus menghadapi kondisi-kondisi eksistensi kita secara bertanggung jawab dan bebas menemukan dalam kondisi-kondisi itu suatu maksud. Kehidupan terus menerus menantang kita dan respon kita tidak dapat dilakukan dengan berbicara atau berkontemplasi, melainkan dengan perbuatan-perbuatan, yang mengungkapkan dengan jelas arti yang kita peroleh dalam kehidupan kita.

Sumber Makna Hidup menurut Viktor Frankl:

1.      Creative Values
Makna hidup seseoang hendaknya berasal dari berkarya, bekerja, menciptakan, dan melaksanakannya karena seorang individu memang mencintai apa yang dikerjakannya.

2.      Experiental Values
Bagaimana seorang individu meyakini dan memahami kebenaran yang ada, nilai-nilai keyakinan, keindahan, cinta kasih, serta keimanannya.

3.      Attitudinal Values
Bagaimana seorang individu dapat mengambil sikap dan langkah yang tepat dan pasti terhadap suatu peristiwa buruk yang menimpanya dan tidak dapat dihindarinya.


Analisis Kasus

Putra Xia Jun bernama Guo Guo yang berusia 2 tahun divonis menderita leukimia myeloid akut. Dokter memvonis usianya tinggal dua setengah tahun lagi. Keterbatasan biaya membuat Xia Jun harus berpikir mencari cara demi mendapatkan uang untuk pengobatan anaknya. dengan menjadi sansak atau karung tinju hidup adalah cara yang dipilih oleh Xia Jun demi mendapatkan biaya untuk anaknya. Hal ini sesuai dengan konsep teori Viktor Frankl, yakni setiap orang selalu mendambakan kebahagiaan dalam hidupnya dan kebahagiaan itu tidak datang begitu saja. Kesembuhan anaknya merupakan kebahagiaan dalam hidupnya dan menuntutnya untuk menentukan sikap (freedom to take a stand) terhadap peristiwa yang dialaminya. 

Xia Jun bebas untuk memilih apakah ia bertanggung jawab atas apa yang diderita anaknya atau tidak. Tapi perannya sebagai seorang ayah ikut juga menentukan tindakannya. Dimana sang ayah, punya kebebasan dalam bertanggung jawab untuk kesembuhan anaknya yaitu dengan menjadi sansak tinju untuk publik. Walaupun jika dipikirkan, masih banyak hal yang bisa dilakukan sang ayah untuk mendapatkan biaya untuk pengobatan anaknya yang tidak memiliki resiko cukup besar untuk dirinya sendiri. Dikarenakan menjadi sansak tinju untuk publik juga beresiko cukup besar jika itu benar dilakukan. Namun ayahnya tetap  memilih hal tersebut untuk mempertanggungjawabkan kesembuhan anaknya. Memanglah benar seperti dalam konsep The Freedom of Will

Kerelaan Xia Jun menjadi sansak tinju didorong ataupun dimotivasi oleh suatu hal yaitu  adalah kesembuhan anaknya. Hal ini sesuai dengan konsep The Will to Meaning. Motivasi dasar manusia yang tertuju kepada hal-hal dasar di luar diri individu itu sendiri sehingga The Will to Meaning ini tidak bersifat self-centered (terpusat kepada diri sendiri).

Dengan semua tindakan yang dilakukannya tersebut, Xia Jun mendapatkan hidup yang bermakna. Kesembuhan dan kesehatan anaknya dan bisa tetap berkumpul bersamanya menjadi suatu hidup yang bermakna baginya. Sebab, anak adalah segalanya bagi orangtuanya. Makna hidup tersebut ditemukan oleh sang ayah sendiri melalui tindakan untuk orang lain yakni anaknya. Hal yang dia lakukan juga sangat unik yang ditunjukkan dalam tindakan-tindakan Xia Jun. Xia Jun memutuskan untuk berdiri di depan stasiun, berbekal kardus yang ditempeli foto dan surat diagnosis putranya. Tak lupa ia mengenakan kaos yang bertuliskan "karung tinju manusia, 10 yuan (Rp. 20 ribu) per pukulan". Ini sesuai dengan konsep The Meaning of Life yaitu The Meaning of Life tidak dapat kita terima dari orang lain ataupun diberikan oleh orang lain, sebab kita harus dapat menemukannya dengan diri sendiri kita.

Dalam teori Viktor Frankl dikatakan bahwa makna hidup diperoleh atau direalisasikan dari 3 sumber yaitu creative values, experiental values, dan attitudinal Values. Xia Jun mendapatkan makna hidupnya melalui usaha dan tindakan demi kesembuhan anaknnya. Dimana dia melakukan hal itu semua dengan ikhlas demi kesembuhan anaknya. Melakukan suatu hal dengan ikhlas dikarenakan dia mencintai apa yang dikerjakannya. Seperti penjelasan creative values bahwa makna hidup seseorang hendaknya berasal dari berkarya, bekerja, menciptakan, dan melaksanakannya karena seorang individu memang mencintai apa yang dikerjakannya.
 
Xia Jun mengambil sikap yang tepat atas peristiwa yang menimpa anaknya. Penyakit yang diderita anaknya merupakan hal yang tak bisa dihindari. Seperti yang dikatakan dokternya juga diperlukan operasi untuk anaknya dan umur dari anaknya sendiri telah divonis tidak lama lagi. Biaya juga menjadi kesulitan yang tidak bisa dihindarkan. Namun, tindakan ayahnya yang menjadi sansak tinju hidup bagi publik menjadi suatu langkah dan sikap yang tepat. Seperti pada penjelasan attitudinal values yakni bagaimana seorang individu dapat mengambil sikap dan langkah yang tepat dan pasti terhadap suatu peristiwa buruk yang menimpanya dan tidak dapat dihindarinya.

Dengan demikian, dalam setiap keadaan termasuk dalam penderitaan sekalipun, kehidupan ini selalu mempunyai makna. Kehendak untuk hidup bermakna merupakan motivasi utama setiap orang. Manusia juga memiliki kebebasan dan bertanggung jawab pribadi untuk memilih, menentukan, dan memenuhi makna dan tugas hidupnya. Dimana hidup yang bermakna tersebut dapat diperoleh dengan merealisasikan tiga nilai hidup yaitu creativity value, attitudinal value, dan juga experiental value.





wardalisa.staff.gunadarma.ac.id
http://m.vemale.com/inspiring/lentera/76684/aku-rela-jadi-sansak-tinju-dan-dipukuli-demi-kesembuhan-anakku
http://kesehatan.kompasiana.com/kejiwaan/2012/05/12/logoterapi-makna-hidup-dalam-psikologi-viktor-frankl-462406.html


Diberdayakan oleh Blogger.