Psikologi pendidikan adalah salah satu cabang ilmu
psikologi yang mengkhususkan diri pada pemahaman proses belajar dan mengajar di
dalam lingkungan pendidikan. Dalam mengajar, seorang guru dituntut untuk mampu
menguasai berbagai strategi dalam pembelajaran dan dapat menerapkannya dengan
fleksibel dikarenakan pendidikan dewasa ini semakin kompleks sehingga harus
dikemas semenarik mungkin. Salah satu cara yang dapat dipakai oleh guru adalah
dengan menggunakan teknologi dalam pembelajaran. Adapun teknologi sudah menjadi
hal yang tidak baru lagi dalam hidup manusia. Teknologi yang semakin lama
semakin canggih membuat semua orang berlomba-lomba untuk memiliki dan
menguasainya. Saat ini, teknologi mampu mengambil bagian penting dalam hidup
manusia. Salah satunya dalam bidang pendidikan.
Penggunaan teknologi dalam bidang pendidikan dewasa ini
yang sudah semakin meluas menuntut setiap murid untuk dapat beradaptasi sebaik
mungkin dan gesit. Pelajar masa kini tidak dapat lagi kita samakan dengan
pelajar di masa lalu. Pelajar di masa lalu mungkin dapat disebut pada masa
sekarang ini sebagai pelajar yang pasif. Dimana pembelajaran dulunya itu berupa
perencanaan dan instruksi teacher-centered
(hal ini dapat saya katakan berdasarkan pengakuan dari orang tua,sanak saudara,
dan guru saya sendiri). Pada pembelajaran ini, gurulah yang menjadi pusat
pembelajaran. Guru yang menyajikan semua informasi kepada pelajar melalui
penyampaiannya di kelas dan pelajar sendiri duduk diam manis untuk mendengarkan
guru. Tambahan sajian informasi bisa didapat dari membaca buku pegangan. Dewasa
kini, para tenaga pendidik merasa pembelajaran yang demikian tidak lagi cocok
untuk diterapkan. Buat kita pun tentu demikian. Tidak ada orang yang ingin
pasif dalam suatu kegiatan dan pembelajaran demikian sepertinya sangat monoton.
Bagi saya secara pribadi, sangatlah tepat yang diterapkan
pada pendidikan masa kini yaitu perencanaan dan instruksi pelajaran
learner-centered. Dalam pembelajaran ini, pelajar lah yang menjadi pusat
pembelajaran. Pelajar dituntut untuk mencari informasi sendiri, menguasai
berbagai ilmu, dan harapannya mampu menjadi guru untuk dirinya sendiri. Di sini,
peran guru masih tetap diperlukan. Guru sebagai pembimbing dan pengarah bagi
pelajar untuk mencari apa saja yang perlu dan berguna bagi pelajar itu sendiri.
Dalam penerapan learner-centered, saya berpikir bahwa ini juga menjadi salah
satu cara dalam mengasah kreativitas pelajar dan menjadikan semuanya
berpartisipasi aktif dalam pembelajaran. Seperti pengalaman saya saat masih
duduk di kelas 4 bangku sekolah dasar. Pada waktu itu ada praktik untuk
pelajaran IPA. Petunjuk berupa alat dan bahan serta langkah-langkah untuk
praktik IPA itu sudah ada di buku paketnya. Saat praktik, guru mengawasi apa
yang kami lakukan. Saat hendak mengukur volume gelas kaca, saya bingung
bagaimana cara mengukurnya. Sebelumnya juga belum pernah kami mempelajari hal
demikian. Teman-teman saya juga bingung namun mereka memutuskan untuk
mengira-ngirakannya saja. Saya tidak mau lalu saya berpikir bagaimana cara yang
tepat untuk mengukurnya. Saya mengukur
volumenya dengan dengan benang. Seberapa panjang benang itu lalu saya ukur
dengan penggaris. Setelah praktik, guru memuji saya karana cara saya yang
kreatif. Mungkin pada saat itu hal demikian bisa dikatakan cukup kreatif. Hal
ini mendorong saya untuk semakin mengasah kreativitas yang semakin lebih baik
lagi (salah satu contoh operant conditioning
:D)
Masa sekarang ini, pembelajaran ini sudah disandingkan
dengan penggunaan teknologi. Seperti yang pernah saya alami saat saya masih
duduk di bangku SMA. Pembelajaran di sekolah dilengkapi dengan fasilitas wifi dan adanya e-learning. Sebelum hal ini diterapkan dalam pembelajaran,
guru-guru diberikan pelatihan dalam menggunakan semua fasilitas dan teknologi
yang akan dipakai di sekolah. Harapan dari tenaga pendidik di sekolah kami,
dengan adanya e-learning ini dapat
meningkatkan efektivitas pembelajaran. Berbagai sumber pembelajaran sudah
disediakan dalam web ini. Setiap siswa dapat mengakses web ini langsung dengan
menggunakan password dan username yang disediakan oleh sekolah sendiri yang
dapat dipakai dalam jangkauan sekolah. Di awal penggunaannya ini cukup
bermanfaat bagi setiap siswa. Namun, lambat laun semakin susah untuk digunakan
dikarenakan jangkauan wifi yang tidak mencukupi ke setiap kelas terutama kelas
yang berada jauh dari sistemnya. Sehingga penggunaan dari e-learning itu sendiri semakin kecil. Namun, hal itu diperbaiki dengan penggunaan LCD di setiap kelas. Hal ini semakin
menunjang kegiatan belajar yang menarik. Pelajar dan siswa juga masih tetap
dapat mengakses internet dengan fasilitas wifi
yang ada di sekolah. Dan setiap siswa dituntut memiliki email untuk digunakan dalam pengerjaan tugas, penyampaian informasi
dari sekolah, dsb.
Hal semacam ini membuat siswa semakin terdorong untuk
dapat memahami dan menguasai teknologi itu sendiri. Sehingga semakin sedikit
bahkan tidak ada lagi siswa yang buta akan informasi dan gaptek. Tentunya hal
semacam ini memang sangat perlu. Seperti yang terjadi pada dunia kita sekarang
ini. Semakin cakap seseorang dalam menguasai teknologi, akan lebih maju
seseorang tersebut daripada yang lainnya. Hal ini dikarenakan dunia yang
semakin berorientasi dengan teknologi membuat kompetensi orang semakin
ditantang dan diperluas dengan cepat. Namun, hal ini sendiri pun masih memiliki
kendala. Penggunaan teknologi dalam ranah pendidikan masih memiliki hambatan untuk
mencapai sesuatu yang lebih baik seperti keterbatasan bagi pelajar yang kurang
mampu, sekolah yang terbelakang dan kurang peka dengan pelayanan teknologi yang
ada.
Hal ini dapat kita jumpai di sekolah-sekolah terpencil
yang kurang mengerti dari penggunaan teknologi itu sendiri. Seperti pada saat
pendaftaran SNMPTN undangan yang dibuat melalui jalur online. Banyak sekolah
tidak mengikutinya dikarenakan tidak mengetahui caranya dan juga kurang peka
dengan itu sendiri. Sehingga membuat pendidikan di negara kita ini masih belum bisa dikatakan
baik. Maka, sangatlah efektif berbagai hal yang telah dilakukan oleh beberapa
sekolah (yang saya ketahui) dengan mengajarkan dari usia dini atau di bangku
sekolah dasar tentang penggunaan dari teknologi yang sudah ada. Seperti
penggunaan komputer dan laptop yang disusun berdasarkan tingkatannya. Tentu hal
seperti ini juga akan meningkatkan taraf pendidikan yang berkualitas di negara
kita. Dan bagi pelajar yang kurang mampu, dapat kita fasilitasi dengan komputer
atau laptop yang ada di sekolah. usaha yang kecil dapat menimbulkan perubahan
yang besar suatu saat nanti.
Yang dapat kita lihat pada masa ini penggunaan salah satu
teknologi seperti laptop sudah menjadi hal yang biasa. Setiap orang memiliki
dan menggunakan laptop yang tentu saja berkaitan dengan pendidikan. Saat ini,
setiap mahasiswa secara tidak langsung dituntut untuk memilikinya. Dengan
laptop yang ada, mahasiswa dapat mengakses informasi online secara aktif dan efektif untuk memenuhi kebutuhan riset,
komunikasi, dan produktivitas serta
memudahkan pembelajaran di bangku kuliah. Sehingga di masa depan komputer akan
ada di mana-mana. Maybe, ubiquitous
computing akan menggantikan komputer dekstop yang menekankan pada
distribusi komputer dalam lingkungan. Harapannya untuk kita semua, teknologi
yang ada sekarang ini semakin mencerdaskan kehidupan manusia, meningkatkan
pendidikan yang berkualitas di negara kita sehingga mampu untuk bersanding
dengan pendidikan di negara maju, dan meningkatkan taraf hidup yang lebih baik
untuk bangsa Indonesia kita tercinta. :)
0 komentar:
Posting Komentar