Tampilkan postingan dengan label pendidikan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label pendidikan. Tampilkan semua postingan

Evaluasi Obervasi Sekolah


1.      Evaluasi terhadap Kinerja Kelompok
Sebelum melakukan observasi untuk tugas mata kuliah Psikologi Pendidikan, persiapan yang dilakukan oleh kami,kelompok 10, adalah sebagai berikut :
  •       Menentukan sekolah yang akan diobservasi
Dalam menentukan sekolah yang akan kami observasi, kami berdiskusi terlebih dahulu. Kami membuat dua pilihan untuk sekolah yang akan kami observasi. Sekolah yang pertama adalah YPI Amir Hamzah. Sekolah ini menjadi salah satu pilihan dalam kelompok kami karena salah satu anggota kelompok kami merupakan alumni dari sekolah tersebut. Dan sekolah kedua yang menjadi salah satu pilihan kami juga ialah SMA Raksana. Salah satu anggota kelompok kami juga ada yang menjadi alumni dari sekolah tersebut. Hingga akhirnya, dengan pertimbangan-pertimbangan tertentu dalam kelompok, kami memutuskan untuk melakukan observasi di YPI Amir Hamzah

  •      Meminta izin dengan pihak yayasan yang akan diobservasi dan membuat perjanjian dalam hal waktu observasi
Setelah memutuskan YPI Amir Hamzah menjadi sekolah yang akan kami observasi,kelompok kami menghubungi pihak yayasan untuk meminta izin melakukan observasi di sekolah tersebut dan mengatur waktu untuk melakukan observasi
  •       Mengurus surat izin untuk melakukan obsevasi di bagian akademik kampus psikologi
Setelah mendapatkan izin dari YPI Amir hamzah, kelompok kami mengurus surat izin di bagian akademik kampus psikologi. Surat izin ini perlu sebagai tanda bahwa fakultas psikologi memberikan izin kepada kelompok kami untuk melakukan observasi di YPI Amir Hamzah. Surat ini juga perlu sebagai pengantar di YPI Amir Hamzah
  •      Perlengkapan atribut
Untuk melakukan tugas observasi, kelompok kami memutuskan untuk menggunakan jas almamater dan KTM pada saat obsevasi diadakan. Hal ini bertujuan sebagai simbol bagi civitas akademika di sekolah yang kami observasi bahwa kami berasal dari fakultas psikologi universitas sumatera utara. Sehubungan dengan belum adanya jas almamater untuk mahasiswa/i angkatan 2013, maka kelompok kami berusaha untuk meminjam jas almamater kepada senior.
  •       Menyiapkan materi dan membagi tugas pada saat obsevasi
Sebelum melakukan observasi, kelompok kami juga menyiapkan materi. Maksudnya ialah kelompok kami membaca materi terlebih dahulu yang akan menjadi acuan kami dalam melakukan observasi. Pembagian tugas juga dilakukan agar pelaksanaan observasi berjalan dengan efektif dimana dua orang melakukan observasi di dalam kelas dan tiga orang melakukan observasi di luar kelas.

Dalam melakukan tugas observasi, kelompok kami melaksanakannya selama dua hari.

1. Observasi hari  pertama
Pada hari pertama melaksanakan tugas observasi, kami terlebih dahulu menjumpai pihak yayasan untuk menyampaikan surat izin dari fakultas psikologi dan juga mempertemukan dengan salah satu guru YPI Amir Hamzah yaitu Bu Lida, untuk menentukan kelas yang akan kami observasi di hari kedua observasi. Seluruh anggota kelompok didampingi oleh guru BP YPI Amir hamzah, melakukan observasi terhadap fasilitas-fasilitas yang ada di YPI Amir Hamzah. Selanjutnya, kami melakukan observasi terhadap proses pembelajaran di sekolah YPI Amir Hamzah. Adapun YPI Amir Hamzah terdiri dari TK, SD, SMP, SMA, dan SMK. Maka kelompok kami pun melakukan observasi di setiap tingkatan pendidikan tersebut dan disertai dengan pengambilan dokumentasi dari setiap kegiatan observasi kami ini.
 2. Observasi hari kedua
Pada hari kedua observasi, kami terlebih dahulu menjumpai guru yang akan mengajar di dalam kelas yang akan kami observasi, Bu Lia Afriyanti, untuk meminta izin secara langsung kepada guru yang bersangkutan. Beliau merupakan guru fisika yang juga merangkap sebagai guru elektronika. Ibu tersebut akan mengajar mata pelajaran elektronika di kelas yang akan kami observasi. Sesuai dengan pembagian tugas yang telah kami tetapkan, ada yang melakukan observasi di dalam kelas dan ada yang di luar kelas.
Bagi anggota kelompok yang melakukan observasi di luar kelas, kami mengamati siswa/i yang sedang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler seperti menari, latihan musik, olahraga, dll. Selain itu, kami juga mengamati gaya belajar siswa/i dalam menerima pembelajaran dari guru dan respon mereka terhadap guru serta etika di dalam kelas. Pada saat melakukan observasi, kami juga mewawancarai beberapa siswa terhadap kegiatan pembelajaran di kelas. Kami melakukan wawancara dalam tugas observasi kami ini dengan tujuan untuk menambah informasi kepada kami tentang sistem dan kegiatan-kegiatan yang ada di YPI Amir Hamzah.
Bagi anggota kelompok yang melakukan observasi di dalam kelas, kami mengamati proses belajar di dalam kelas, cara berbicara guru dan siswa di dalam kelas, sorot tatap mata guru kepada siswa dan setting ruangan di dalam kelas. Dalam melakukan observasi, anggota kelompok kami duduk di bagian belakang kelas tanpa mengganggu proses belajar mengajar di kelas. Berbagai sikap siswa kami amati dan cara guru dalam menciptakan kelas yang kondusif. Pada saat proses belajar mengajar berlangsung, kami juga mengambil dokumentasi dari proses belajar mengajar tersebut.
Observasi di dalam kelas dilakukan dalam waktu 40 menit sehubungan dengan pelajaran elektronika yang berlangsung juga hanya 40 menit. Setelah selesai melakukan observasi, kelompok kami berfoto sama dengan guru dan siswa yang kelasnya kami ob servasi sebagai dokumentasi kelompok kami..

Setelah tugas observasi selesai dilakukan, kami mengumpulkan berbagai data dan informasi yang kami dapat dalam observasi. Pengumpulan data juga menjadi alat bantu untuk kelompok kami dalam melakukan evaluasi terhadap tugas observasi sekolah dan dalam membuat laporan hasil observasi sekolah

Analisis dengan teori belajar dan teori perkembangan :
Adapun proses yang telah kami lakukan ini merupakan salah satu aplikasi dari teori John Dewey yang menyatakan bahwa ”anak sebagai pembelajar aktif” dan “pendidikan seharusnya difokuskan pada anak secara keseluruhan dan memperkuat kemampuan anak untuk beradaptasi dengan lingkungannya”. Ilmu  yang telah kami peroleh di dalam perkuliahan Psikologi Pendidikan selama 5 pertemuan menjadi dasar bagi kami untuk dapat beradaptasi di lingkungan sekolah yang kami observasi dan menjadi acuan bagi kami dalam menentukan langkah apa yang haru kami lakukan. Dalam tugas observasi ini juga, menjadikan kami sebagai pebelajar aktif. Berbagai ilmu yang telah kami peroleh tersebut, membuat kami semakin paham dengan materi-materi tersebut sebab kami langsung melihat penerapan nyata dalam kehidupan sehari-hari.


  • Teori Piaget
Dalam teori Piaget, usia 11 tahun-dewasa berada pada tahap operasional formal. Pada tahap ini, individu telah memiliki pikiran abstrak, idealis, dan logis. Dengan pemikiran seperti ini, membuat individu memiliki kemampuan dalam memecahkan problem verbal dan kemampuan membayangkan kemungkinan yang akan terjadi dari setiap langkah yang dilakukan.
Sesuai dengan teori ini, kelompok kami telah mampu untuk berpikir abstrak dalam memecahkan masalah untuk melaksanakan tugas observasi ini serta mencari solusi atas masalah tersebut. Adapun masalah yang kami hadapi ialah waktu untuk observasi dikarenakan anggota kelompok harus saling menyesuaikan jadwal kuliah untuk mencari waktu yang tepat dalam melaksanakan observasi tanpa bolos kuliah. Selain itu kami juga cukup mampu untuk berpikir dalam menyesuaikan langkah yang harus kami ambil dengan instruksi dari dosen yang disajikan secara umum dan verbal.

  • Teori Ekologi Bronfenbrenner
Dalam teori ini dikatakan ada lima sistem lingkungan yang memengaruhi perkembangan seorang anak. Salah satu dari lima sistem lingkungan tersebut ialah mikrosistem (sistem lingkungan paling awal). Dalam mikrosistem, individu berinteraksi langsung dengan guru, teman sebaya, dan orang lain serta adanya interaksi timbal balik dalam teori ini.
Dalam kerja kelompok yang telah kami lakukan, cukup membantu dalam mengkonstruksi sistem ini. Kelompok kami banyak melakukan interaksi dengan orang lain seperti interaksi dengan teman sekelompok dan teman lain yang membahas tentang tugas observasi sekolah. Kami juga berinteraksi dengan pihak yayasan dalam meminta izin untuk melakukan observasi di sekolah tersebut dan berinteraksi juga dengan pihak kampus dalam pembuatan surat izin untuk observasi

  • Teori Kohlberg
Dalam teori ini, postconventional reasoning merupakan level tertinggi dalam perkembangan dimana perkembangan moral telah di internalisasikan dan penalaran moral telah muncul.
Sesuai dengan teori ini, kaitannya dengan kinerja kelompok kami ialah kami melakukan tugas observasi ini karena atas kemauan diri kami. Kami telah mampu berpikir berbagai moral alternatif yang ada, mengembangkan pilihan-pilihan dalam melaksanakan tugas ini hingga akhirnya menetapkan langkah yang terbaik untuk kelompok kami dalam menyelesaikan tugas tersebut

2. Evaluasi terhadap Hasil Observasi
Dalam observasi yang kami lakukan di dalam kelas, berbagai hal yang kami dapat adalah sebagai berikut :
Ø      Dalam proses pembelajaran yang kami amati, siswa aktif di dalam kelas
Di dalam kelas siswa aktif dalam menjawab pertanyaan yang diberikan guru dan  dalam memberikan tanggapan. Hal ini mendukung pandangan dalam teori John Dewey yang menyatakan bahwa anak sebagai pembelajar aktif. 
Ø      Guru menguasai materi pelajaran yang disampaikan
Meskipun guru tersebut memegang dua bidang studi di YPI Amir Hamzah, guru tersebut tetap dapat menguasai pelajaran elektronika yang disampaikan di dalam kelas. Adapun hal ini menjadi salah satu aspek dari cara mengajar yang efektif
Ø      Guru memiliki strategi mengajar dengan prinsip konstruktivisme
Konstruktivisme ini merupakan salah satu pendekatan dalam pembelajaran yang menekankan individu secara aktif membangun pehamamannya. Ini dapat kami amati di dalam kelas. Guru menyampaikan alat-alat yang diperlukan pada ssat praktikum. Beberapa siswa masih bingung dengan beberapa alat yang disampaikan gurunya. Namun guru membantu mendorong siswa untuk paham alat yang mana yang dimaksudkan oleh gurunya dengan pemberian beberapa clue dari alat tersebut
Ø      Guru memiliki keahlian dalam motivasional dan komunikasi
Saat guru menyampaikan instruksi untuk pelaksanaan praktikum, guru juga memberikan motivasi kepada siswanya. Selain itu guru tersebut juga memiliki keahlian dalam komunikasi yang tampak pada saat guru berinteraksi dengan siswa. Siswa dapat memahami setiap perkataan guru tersebut dan penggunaan bahasa juga sesuai dengan usia dari siswa yang diajar. Guru juga dapat menangkap dengan cepat setiap pertanyaan yang dimaksudkan oleh siswanya
Ø      Guru kurang ahli dalam memanajemen kelas
Pada saat pelajaran berlangsung, guru kurang mampu dalam menghandle kelas yang tampak pada saat siswa bertanya di dalam kelas namun semua ikut berbicara dan guru kurang mampu untuk menenangkan siswanya. Hal ini menjadikan kelas kurang kondusif.
Ø      Siswa mampu dalam berpikir abstrak dan logis
Hal ini sesuai dengan teori perkembangan kognitif oleh Jean Piaget. Adapun siswa yang duduk di bangku kela VII SMP telah berusia 12 Tahun dimana mereka berapa pada tahap operasional formal. Berpikir abstrak siswa tampak pada saat guru memberikan sebuah gambaran bagaimana bentuk solder. Guru menyampaikan beberapa ciri dari bentuk solder itu hingga akhirnya siswa dapat mengetahuinya.
Ø      Pemberian punishment, reinforcement dan reward kepada siswa
Dengan pemberian punishment, reinforcement dan reward, sangat mendukung teori operant conditioning sebagai salah satu teori belajar. Dalam teori belajar, pemberian reinforcement bertujuan untuk meningkatkan perilaku baik yang diharapkan. Di dalam kelas, guru memberikan tugas kepada seluruh siswa untuk mencari artikel yang berkaitan dengan materi yang diajarkan di dalam kelas yaitu praktikum pembuatan lampu flip-flop lalu di print dan diserahkan kepada guru yang bersangkutan dalam batas waktu yang telah ditentukan sebagai karcis masuk ke dalam laboratorium. Jika tidak menyerahkan artikel, maka tidak bisa mengikuti praktikum. Tindakan ini merupakan salah satu contoh dalam reinforcement negatif. Bagi yang hasil praktikumnya paling bagus, akan diberi hadiah/reward oleh guru. Tindakan ini merupakan reinforcement positif.
Saat pelajaran berlangsung, ada dua orang siswa yang lari-lari di dalam kelas dan hampir berantam. Guru memberikan punishment kepada siswa ini dengan mencoret spidol di wajahnya. 


Ø Siswa memberikan atensi kepada guru yang menerangkan dengan mencata hal yang disampaikan oleh guru 
Tindakan dari siswa tersebut yang kami amati saat melakukan observasi di dalam kelas merupakan salah satu cerminan perilaku dari teori pemrosesan informasi. Saat guru menjelaskan tentang praktikum pembuatan lampu flip-flop, beberapa siswa memberikan atensi mengenai informasi yang didaptkannya melalui gurunya dengan mencatat hal-hal penting yang disampaikan oleh gurunya

Untuk observasi sekolah secara menyeluruh, beberapa poin tambahan yang kami dapatkan ialah :
Ø      Penggunaan teknologi di dalam kelas
Beberapa kelas menggunakan fasilitas proyektor di dalam kelas untuk menampilkan materi pembelajaran. Siswa juga diberikan tugas untuk browsing dari internet terkait materi pelajaran di kelas
Ø      Anak mematuhi peraturan di sekolah karena kesadaran sendiri
Dengan teori Kohlberg, siswa dapat dikategorikan ke dalam level dan tahap perkembangan conventional reasoning
Ø      Siswa mulai memiliki hubungan dengan lawan jenis seperti berpacaran
Dalam usia 10-20 tahun, seseorang berada dalam tahap identity vs identity confusion(Teori Erik Erikson). Sesuai dengan perilaku yang ditunjukkan oleh siswa dimana mulai menjalin hubungan dengan lawan jenis dalam pencarian identitas diri.

Kelompok 10 Psikologi Pendidikan :
Lindka Pertiwi 13-068
http://bloodiamo.blogspot.com/

Yunirwan Mukhtar
http://yunirwan13027.blogspot.com/ 
Rinie Indira
http://13-066.rinie.in
Endang Safitri
http://13002esa.blogspot.com/

  


Dari Teknologi untuk Pendidikan




Psikologi pendidikan adalah salah satu cabang ilmu psikologi yang mengkhususkan diri pada pemahaman proses belajar dan mengajar di dalam lingkungan pendidikan. Dalam mengajar, seorang guru dituntut untuk mampu menguasai berbagai strategi dalam pembelajaran dan dapat menerapkannya dengan fleksibel dikarenakan pendidikan dewasa ini semakin kompleks sehingga harus dikemas semenarik mungkin. Salah satu cara yang dapat dipakai oleh guru adalah dengan menggunakan teknologi dalam pembelajaran. Adapun teknologi sudah menjadi hal yang tidak baru lagi dalam hidup manusia. Teknologi yang semakin lama semakin canggih membuat semua orang berlomba-lomba untuk memiliki dan menguasainya. Saat ini, teknologi mampu mengambil bagian penting dalam hidup manusia. Salah satunya dalam bidang pendidikan.
 
Penggunaan teknologi dalam bidang pendidikan dewasa ini yang sudah semakin meluas menuntut setiap murid untuk dapat beradaptasi sebaik mungkin dan gesit. Pelajar masa kini tidak dapat lagi kita samakan dengan pelajar di masa lalu. Pelajar di masa lalu mungkin dapat disebut pada masa sekarang ini sebagai pelajar yang pasif. Dimana pembelajaran dulunya itu berupa perencanaan dan instruksi teacher-centered (hal ini dapat saya katakan berdasarkan pengakuan dari orang tua,sanak saudara, dan guru saya sendiri). Pada pembelajaran ini, gurulah yang menjadi pusat pembelajaran. Guru yang menyajikan semua informasi kepada pelajar melalui penyampaiannya di kelas dan pelajar sendiri duduk diam manis untuk mendengarkan guru. Tambahan sajian informasi bisa didapat dari membaca buku pegangan. Dewasa kini, para tenaga pendidik merasa pembelajaran yang demikian tidak lagi cocok untuk diterapkan. Buat kita pun tentu demikian. Tidak ada orang yang ingin pasif dalam suatu kegiatan dan pembelajaran demikian sepertinya sangat monoton. 

Bagi saya secara pribadi, sangatlah tepat yang diterapkan pada pendidikan masa kini yaitu perencanaan dan instruksi pelajaran learner-centered. Dalam pembelajaran ini, pelajar lah yang menjadi pusat pembelajaran. Pelajar dituntut untuk mencari informasi sendiri, menguasai berbagai ilmu, dan harapannya mampu menjadi guru untuk dirinya sendiri. Di sini, peran guru masih tetap diperlukan. Guru sebagai pembimbing dan pengarah bagi pelajar untuk mencari apa saja yang perlu dan berguna bagi pelajar itu sendiri. Dalam penerapan learner-centered, saya berpikir bahwa ini juga menjadi salah satu cara dalam mengasah kreativitas pelajar dan menjadikan semuanya berpartisipasi aktif dalam pembelajaran. Seperti pengalaman saya saat masih duduk di kelas 4 bangku sekolah dasar. Pada waktu itu ada praktik untuk pelajaran IPA. Petunjuk berupa alat dan bahan serta langkah-langkah untuk praktik IPA itu sudah ada di buku paketnya. Saat praktik, guru mengawasi apa yang kami lakukan. Saat hendak mengukur volume gelas kaca, saya bingung bagaimana cara mengukurnya. Sebelumnya juga belum pernah kami mempelajari hal demikian. Teman-teman saya juga bingung namun mereka memutuskan untuk mengira-ngirakannya saja. Saya tidak mau lalu saya berpikir bagaimana cara yang tepat untuk mengukurnya. Saya  mengukur volumenya dengan dengan benang. Seberapa panjang benang itu lalu saya ukur dengan penggaris. Setelah praktik, guru memuji saya karana cara saya yang kreatif. Mungkin pada saat itu hal demikian bisa dikatakan cukup kreatif. Hal ini mendorong saya untuk semakin mengasah kreativitas yang semakin lebih baik lagi (salah satu contoh operant conditioning :D)

Masa sekarang ini, pembelajaran ini sudah disandingkan dengan penggunaan teknologi. Seperti yang pernah saya alami saat saya masih duduk di bangku SMA. Pembelajaran di sekolah dilengkapi dengan fasilitas wifi dan adanya e-learning. Sebelum hal ini diterapkan dalam pembelajaran, guru-guru diberikan pelatihan dalam menggunakan semua fasilitas dan teknologi yang akan dipakai di sekolah. Harapan dari tenaga pendidik di sekolah kami, dengan adanya e-learning ini dapat meningkatkan efektivitas pembelajaran. Berbagai sumber pembelajaran sudah disediakan dalam web ini. Setiap siswa dapat mengakses web ini langsung dengan menggunakan password dan username yang disediakan oleh sekolah sendiri yang dapat dipakai dalam jangkauan sekolah. Di awal penggunaannya ini cukup bermanfaat bagi setiap siswa. Namun, lambat laun semakin susah untuk digunakan dikarenakan jangkauan wifi yang tidak mencukupi ke setiap kelas terutama kelas yang berada jauh dari sistemnya. Sehingga penggunaan dari e-learning itu sendiri semakin kecil.  Namun, hal itu diperbaiki dengan penggunaan LCD di setiap kelas. Hal ini semakin menunjang kegiatan belajar yang menarik. Pelajar dan siswa juga masih tetap dapat mengakses internet dengan fasilitas wifi yang ada di sekolah. Dan setiap siswa dituntut memiliki email untuk digunakan dalam pengerjaan tugas, penyampaian informasi dari sekolah, dsb.

Hal semacam ini membuat siswa semakin terdorong untuk dapat memahami dan menguasai teknologi itu sendiri. Sehingga semakin sedikit bahkan tidak ada lagi siswa yang buta akan informasi dan gaptek. Tentunya hal semacam ini memang sangat perlu. Seperti yang terjadi pada dunia kita sekarang ini. Semakin cakap seseorang dalam menguasai teknologi, akan lebih maju seseorang tersebut daripada yang lainnya. Hal ini dikarenakan dunia yang semakin berorientasi dengan teknologi membuat kompetensi orang semakin ditantang dan diperluas dengan cepat. Namun, hal ini sendiri pun masih memiliki kendala. Penggunaan teknologi dalam ranah pendidikan masih memiliki hambatan untuk mencapai sesuatu yang lebih baik seperti keterbatasan bagi pelajar yang kurang mampu, sekolah yang terbelakang dan kurang peka dengan pelayanan teknologi yang ada.

Hal ini dapat kita jumpai di sekolah-sekolah terpencil yang kurang mengerti dari penggunaan teknologi itu sendiri. Seperti pada saat pendaftaran SNMPTN undangan yang dibuat melalui jalur online. Banyak sekolah tidak mengikutinya dikarenakan tidak mengetahui caranya dan juga kurang peka dengan itu sendiri. Sehingga membuat pendidikan di  negara kita ini masih belum bisa dikatakan baik. Maka, sangatlah efektif berbagai hal yang telah dilakukan oleh beberapa sekolah (yang saya ketahui) dengan mengajarkan dari usia dini atau di bangku sekolah dasar tentang penggunaan dari teknologi yang sudah ada. Seperti penggunaan komputer dan laptop yang disusun berdasarkan tingkatannya. Tentu hal seperti ini juga akan meningkatkan taraf pendidikan yang berkualitas di negara kita. Dan bagi pelajar yang kurang mampu, dapat kita fasilitasi dengan komputer atau laptop yang ada di sekolah. usaha yang kecil dapat menimbulkan perubahan yang besar suatu saat nanti.

Yang dapat kita lihat pada masa ini penggunaan salah satu teknologi seperti laptop sudah menjadi hal yang biasa. Setiap orang memiliki dan menggunakan laptop yang tentu saja berkaitan dengan pendidikan. Saat ini, setiap mahasiswa secara tidak langsung dituntut untuk memilikinya. Dengan laptop yang ada, mahasiswa dapat mengakses informasi online secara aktif dan efektif untuk memenuhi kebutuhan riset, komunikasi, dan produktivitas  serta memudahkan pembelajaran di bangku kuliah. Sehingga di masa depan komputer akan ada di mana-mana. Maybe, ubiquitous computing akan menggantikan komputer dekstop yang menekankan pada distribusi komputer dalam lingkungan. Harapannya untuk kita semua, teknologi yang ada sekarang ini semakin mencerdaskan kehidupan manusia, meningkatkan pendidikan yang berkualitas di negara kita sehingga mampu untuk bersanding dengan pendidikan di negara maju, dan meningkatkan taraf hidup yang lebih baik untuk bangsa Indonesia kita tercinta. :)

Diberdayakan oleh Blogger.